Oleh : Rengky Yasepta (Fulbright awardee 2024)
Saya tidak pernah tertarik untuk kuliah S2 lagi karena trauma saat kuliah S1 dulu: dosennya killer (meski tidak semua), kalau ngajar sok-sokan pakai istilah canggih (sekali lagi, tidak semuanya, ada juga yang baik), dan alasan-alasan klasik lainnya.
Sampai akhirnya mata saya terbuka ketika menonton sebuah video singkat, kalau tidak salah dari Prof. Rhenald Kasali. Sayangnya saya cari-cari tidak ketemu lagi videonya.
Pesannya kira-kira begini, “Cobalah merantau ke luar negeri, misalnya dengan kuliah. Nanti pikiranmu akan terbuka (melihat luasnya dunia).” Kalimat terakhir beliau ini yang merubah pandangan saya.
Setelah hampir sepuluh tahun meninggalkan bangku kuliah sejak lulus sarjana, akhirnya saya mulai mencari peluang beasiswa ke luar negeri.
Mulai dari beasiswa pemerintah Indonesia (LPDP) khusus ke luar negeri, peluang pelatihan keterampilan ke Jepang, beasiswa Chevening Inggris, STUNED Belanda, Australia Awards (pernah apply tiga kali) hingga akhirnya “nyantol” di beasiswa Fulbright dari pemerintah Amerika Serikat.
Jadi, apa tujuan saya kuliah ke luar negeri? Selain terinspirasi dari pesan pak Rhenald Kasali tadi, sebenarnya ada beberapa tujuan lainnya, di antaranya bisa mengajak istri dan anak-anak jalan-jalan gratis ke berbagai negara, belajar keterampilan baru di luar urusan kuliah, dan masih banyak lagi. Namun semuanya harus dijalani dengan ikhlas dan lillahi ta’ala.
List pada gambar diatas saya comot dari internet. Namun dari sekian banyak alasan kuliah ke luar negeri, jika diurutkan, mungkin “mendapatkan gelar Master XYZ” adalah prioritas terakhir saya.
Oleh sebab itu juga, saya sering menolak ajakan teman-teman baikku di kantor maupun di luar kantor untuk kuliah S2 di dalam negeri, meskipun sebagian dari mereka siap membantu biaya SPP.
Bukan, bukan gelar yang saya cari, tapi lebih ke pengalaman melihat dunia yang luas. Terlebih lagi saya bersyukur bisa belajar di Negeri Paman Sam (Amerika Serikat) ini.
Selain unggul di bidang pendidikan, Amerika Serikat terkenal dengan negeri impian banyak orang. Di sini semuanya mungkin. Mau jadi baik dan sukses, bisa. Mau sebaliknya juga bisa. Pilihan tergantung kita.
Jadi, bagi siapapun yang mau melihat luasnya dunia, cobalah berpikir untuk keluar dari cangkang. Keluar dari zona nyaman, dan kalau bisa, cobalah kuliah ke luar negeri. Insya Allah wawasanmu bertambah.
Ini soal mental, kawan. Kamu jago di halaman sendiri, belum tentu hebat di negeri orang. Tapi bisa bertahan dan bersaing di negeri orang, tentu lebih baik ketimbang jagoan di kandang sendiri.
Yang setuju silakan like dan tuliskan pendapat kalian di kolom komentar. Yang tidak setuju juga tidak apa-apa. Semoga ada yang terinspirasi.
Sekian.